MENCOBA MENGHADIRKAN KEBERADAAN BENDA-BENDA YANG BERHUBUNGAN DENGAN TATA CARA KEHIDUPAN DAN BUDAYA CINA PERANAKAN DI INDONESIA PADA JAMAN DULU SECARA BEBAS DAN SUBYEKTIF.

Wednesday, June 20, 2018

PERANAKAN GILDED SILVER HAIRPIN / HAIR SLIDE II










1 BUAH HIASAN RAMBUT PERAK PERANAKAN II
Perak gilding emas
Akhir abad 19 / awal abad 20, Cina
Marking ' ? ? Xing'
9 cm x 0,8 cm
Berat 10 gram
Benda terpakai dengan lapis emas yang masih baik

Penghias rambut berbentuk seperti busur panah ini adalah khas daerah Cina Selatan seperti Guangdong, Fujian atau Hainan yang memang adalah daerah asal mayoritas Cina Peranakan di Indonesia. Hubungan perdagangan daerah ini dengan Peranakan Asia Tenggara sudah terjalin berabad-abad silam.

Benda seperti ini umumnya dipesan untuk kaum Peranakan Cina yang pada waktu itu gaya penataan rambutnya masih seperti perempuan-perempuan di daerah Cina Selatan, tidak ada perbedaan yang signifikan dengan bentuk didaerah asalnya, hanya pada motif ukirannya cenderung lebih didominasi oleh bunga 4 musim dan sulur, simbol-simbol filosofis Cina kadang hadir diantaranya.

Bentuk serupa dari emas juga ditemukan di pesisir utara Jawa yang kini sudah menjadi koleksi Asian Civilisation Museum di Singapura, sumbangan dari Mr. Edmond Chin, kolektor dan designer perhiasan yang juga donatur utama museum.

Contoh penggunaan penghias rambut jenis ini terekam dalam sebuah kartu pos yang dengan visual gadis kecil Peranakan Cina di Vietnam, dicetak oleh G. Taupin et Cie, Hanoi pada kisaran tahun 1905.

1 buah hiasan rambut perak lapis emas :
Zold - Batam

STRAITS CHINESE SILVER HAIRPIN / HAIR SLIDE I









1 BUAH PERAK PENGHIAS RAMBUT PERANAKAN
Perak kadar baik
Akhir abad 19 / awal abad 20, Canton (?), Cina
Marking pembuat 'Jing De Xing'
8,5 cm x 1,1 cm x 1 cm
Berat 13 gram
Benda terpakai yang masih baik

Penghias rambut berbentuk seperti busur panah ini adalah khas daerah Cina Selatan seperti Guangdong, Fujian atau Hainan yang memang adalah daerah asal mayoritas Cina Peranakan di Indonesia. Hubungan perdagangan daerah ini dengan Peranakan Asia Tenggara sudah terjalin berabad-abad silam.

Benda seperti ini umumnya dipesan untuk kaum Peranakan Cina yang pada waktu itu gaya penataan rambutnya masih seperti perempuan-perempuan di daerah Cina Selatan, tidak ada perbedaan yang signifikan dengan bentuk didaerah asalnya, hanya pada motif ukirannya cenderung lebih didominasi oleh bunga 4 musim dan sulur, simbol-simbol filosofis Cina kadang hadir diantaranya.

Bentuk serupa dari emas juga ditemukan di pesisir utara Jawa yang kini sudah menjadi koleksi Asian Civilisation Museum di Singapura, sumbangan dari Mr. Edmond Chin, kolektor dan designer perhiasan yang juga donatur utama museum.

Contoh penggunaan penghias rambut jenis ini terekam dalam sebuah kartu pos yang dengan visual gadis kecil Peranakan Cina di Vietnam, dicetak oleh G. Taupin et Cie, Hanoi pada kisaran tahun 1905.


1 buah penahan rambut perak :
Zold - Batam

Monday, June 18, 2018

JAVA CRITIC MAGAZINE











MAJALAH 'JAVA CRITIC'
No.2, 10 November 1948
Terbitan N.V. Hoakiao, Batavia
18,5 cm x 13,5 cm
Total 58 halaman
Ada noda, lecet sedikit-sedikit, masih baik

Majalah umum dan politik untuk kalangan Hoakiao di Indonesia.
Hoakiao yaitu perantauan dari Cina atau Peranakan Cina.
Isinya cenderung berbau politis tentang persaudaraan dan patriotisme dengan kiblat ke negara Tiongkok.
Selain politik majalah ini juga berisi artikel tentang humanisme Dr. Kwa Tjwan Sioe pendiri Poliklinik Jang Seng Ie atau yang sekarang dikenal sebagai Rumah Sakit Husada. Juga artikel menarik unik tentang bahasa Melayu Pasar, fakta air susu tetek ibu dan perkakas dari baja bekas pesawat tempur Jepang.

Pemimpin redaksi majalah ini adalah Kwee Kek Beng (1903 - 1975), seorang wartawan kawakan Peranakan Cina yang lahir di Batavia, mempunyai nama pena lain Garem atau Thio Boen Hok.
Pernah menjadi pemimpin redaksi harian Sin Po dari 1925 hingga 1947, selain tulisannya yang berbau politik, beliau juga banyak menulis tentang sejarah, budaya dan perjalanan Peranakan Cina di Indonesia.

Pada akhir tahun 1947, beliau membantu menyusun Memorandum Chung Hua Chung Hui yaitu laporan tentang penindasan dan penganiayaan terhadap etnis Cina oleh Tentara Repubrik Indonesia ketika berlangsung revolusi melawan Belanda, laporan ini dikirim ke komisi hak asasi manusia PBB.
Dalam majalah ini permasalahan tersebut sedikit tersirat dalam salah satu artikelnya yang berjudul 'Nasib Yahoedi Sebagai Katja Hikajat'
Ref. 'Tionghoa Dalam Pusaran Politik' oleh Benny G. Setiono, hal. 413

Zold - Bekasi

Tuesday, June 12, 2018

VINTAGE CHINESE JEWELRY BOX












1 BUAH PETI PERHIASAN CINA
1950an, Cina
Kayu sejenis rosewood berlacquer merah dan ornamen kuningan
23 cm x 16,5 cm, tinggi kotak sekitar 15 cm
Kondisi masih sangat baik (tersimpan), ada 1 cuil kecil dipinggir sudut

Benda yang produksinya masih langsung dari Cina, kemungkinan diberikan sebagai bagian dari 'hadiah' dalam prosesi perkawinan dalam tradisi Peranakan. Benda dari era serupa dapat juga dijumpai dalam bentuk sulaman baju pengantin, tenong hantaran dll. Tradisi seperti ini berhenti secara perlahan setelah tahun 1965.

Kotak era tahun 50an ini biasanya mempunyai tehnis pengerjaan kayu yang baik, begitu juga dalam hal kualitas kayu, umumnya dari kayu jenis rosewood seperti Suanchi misalnya.
Hingga detik ini kotak sejenis masih tetap diproduksi di Cina, tetapi dapat terlihat perbedaan dengan produksi era sebelumnya, terutama pada detail dan kualitas pengerjaan logamnya.

1 buah peti :
Zold - Bekasi

Sunday, June 10, 2018

PERANAKAN WEDDING BED














RANJANG PENGANTIN CINA PERANAKAN
Awal abad 20 (1910 - 1930), Jawa Barat, Indonesia
Kayu rosewood atau Hongmu Suanci (紅酸枝木) dan jati
Lacquer merah dan lukis tinta pada permukaannya
215 cm x 167 cm, tinggi 231 cm
Benda terpakai yang masih baik, lukisan tinta masih jelas
Ada pergantian ukiran di ke-dua sudut belakang, selain itu semua masih original

Bahan kayu hampir semuanya terbuat dari kayu jenis Hongmu, hanya bagian rangka tengah dan papan alas dasar ranjang yang terbuat dari kayu jati.
Ranjang jenis ini umumnya ditemukan di daerah Jawa Barat, bahan kayu dan finishing lacquer berbeda dengan yang umumnya kita temuai di daerah Jawa Tengah atau Jawa Timur.

Secara kelangkaan, jenis ranjang ini juga jauh lebih sedikit keberadaannya, dan lukisan tinta dibawah lacquer membuatnya paralel dengan lemari ciho ukir / ciho gambar. Jadi tingkat kelangkaan dan ekslusifitasnya dibandingkan ranjang pengantin umumnya sama seperti membandingkan ekslusifitas ciho ukir / gambar dengan ciho yang lebih umum.

Tipikal ranjang pengantin Cina peranakan di Jawa umumnya dipengaruhi budaya dari Cina bagian selatan. Pengaruh ini sudah berabad-abad ada dan beradaptasi dalam kultur di Jawa, sehingga tidak mengherankan jika beberapa bentuk ranjang tradisional Jawa terlihat menyerupai ranjang Cina, yang paling nyata terlihat di pesisir Jawa Timur dan pulau Madura.

Selain lukisan tinta bunga 4 musim disemua panel pagar, bahan kayu dan kualitas lacquernya juga membuat ranjang ini lebih spesial dan eksklusif.
Jenis kayu yang di-import dari Cina ini adalah jenis Hongmu atau Suantzi, jenis kayu rosewood yang berwarna merah kekuningan, beberapa orang memilih memasukkan jenis kayu ini sebagai blackwood. Perbedaan persepsi / pemberian nama untuk jenis kayu dari Cina memang berfariasi dan berbeda menurut daerah atau negaranya.

Jenis furniture tipe ini selain ranjang juga terdapat yang berbentuk kursi bench panjang. Desain dan bahannya adalah berkesinambungan, lacquer lukis tinta, kayu Hongmu, dan bentuk ukiran yang sama.
Berikut ini adalah contoh / referensi tipikal yang sama dalam bentuk bench, milik sebuah badan lelang Henry Butcher di Malaysia pada auction Oktober 2016.

Menurut info dr seorang sahabat kami yang berdomisili di daerah Jawa Barat, furniture Peranakan seperti ini adalah tipikal buatan dari meubilar Guan Ji Hoo di Bandung.
Kakak beradik Guan Ji Hoo berasal dari suku / desa Kong Hu di Guangdong, Cina Selatan, suku yang terkenal dengan keahliannya sebagai tukang kayu.
Mayoritas ahli kayu di pulau Jawa didominasi oleh suku ini yang dalam percakapan sehari-harinya menggunakan bahasa Hokkian.

Ciri khas buatan kedua kakak adik Guan Ji Hoo terletak pada lukisan tinta motif bunganya, juga mungkin penggunaan bahan kayu dari Cina yang berlacquer merah kecoklatan kombinasi dengan kayu lokal jati.
Pengetahuan informasi ini didapat oleh sahabat kami dari kaket buyutnya, informasi berharga untuk literasi budaya Peranakan di Indonesia.
Thanks Mr. H.T

1 buah ranjang tampa sulaman :
Zold - Batam