MENCOBA MENGHADIRKAN KEBERADAAN BENDA-BENDA YANG BERHUBUNGAN DENGAN TATA CARA KEHIDUPAN DAN BUDAYA CINA PERANAKAN DI INDONESIA PADA JAMAN DULU SECARA BEBAS DAN SUBYEKTIF.

Friday, June 28, 2019

PERANAKAN SILVER TOP WALKING STICK












TONGKAT GAGANG PERAK PERANAKAN
Perak dan kayu Suanci
Akhir abad 19 / awal abad 20, Jawa Tengah
Diameter atas 2,2 cm, diameter bawag 1 cm, tinggi 87,5 cm
Benda terpakai yg masih baik

Tongkat pada jaman dahulu (abad 19) tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu jalan tetapi jg menjadi perlengkapan bagi semua pria terhormat yang ingin berpenampilan baik dan menunjukkan status dirinya.

Kepala tongkat terbuat dari perak kadar baik mempunyai bentuk seperti kepala bunga cengkeh, tanaman eksotis yang bersama tembakau banyak menjadi bisnis utama kalangan Peranakan Cina disekitar pulau Jawa.
Putret Peranakan Cina pengusaha / pemborong timah di Singkep, Riau
Foto koleksi Tropenmuseum, Belanda

1 buah tongkat :
Zold - Jkt

****Tongkat beberapa waktu yg lalu sudah terjual,, kemudian terjadi kesalahan dalam pengiriman yang mengakibatkan tongkat patah menjadi 2. Benda ditarik kembali krn kelalaian kami tsb.

Tongkat kemudian direpair untuk disatukan kembali, beruntung bentuk patahan yang memanjang memberi kekuatan yang lebih jika dilekatkan kembali apalagi dijepit besi tanggem dalam prosesnya, perbaikan untuk menghasilkan kekuatan lekat yang lebih maksimal.
Jikapun dipatahkan kembali biasanya patah tidak akan ada ditiik yg sama karena daya lekat yg baik.
Ada sedikit tanda bekas perbaikan, relatif hampir tidak terlihat atau mempengaruhi penampilan.


dijual kembali :
Zold - Tanggerang

Monday, June 3, 2019

RARE HAND-COLORED LITHOGRAPH PORTRAIT OF BE TJO LOK, KAPITEIN DER CHINEZEN OF KEDU















PORTRAIT KAPITAN CINA 'BE TJO LOK - KAPITAN KEDU'
Lithograph dengan warna gouache dan frame kaca kayu oak / eiken
1850an, Jawa Tengah, Indonesia
Lithographer : Nicolaas Johannes Wilhelmus de Roode
Frame : 51 cm x 63,5 cm, size potret : 26 cm x 42 cm
Frame ada lecet & tambal sedikit-sedikit, gambar ada noda & aus sedikit-sedikit karena usia, keseluruhan relatif masih baik

Kapitan Cina merupakan gelar untuk para petinggi di kalangan masyarakat Tionghoa di Asia Tenggara yang ditunjuk oleh pemerintahan kerajaan pribumi, dan kemudian oleh pemerintahan kolonial.
Mulai pada awal abad ke-15, kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara, seperti Jawa, Melaka dan Banten, mulai menunjuk seorang individu untuk menanggung jawab urusan pemerintahan di masyarakat asing, baik Tionghoa maupun Arab dan Kling. Pemimpin masyarakat ini diberikan gelar Kapitain Cina, Kapitan Kling atau sesuai dengan jurisdiksi yang bersangkutan. Sistem ini diwarisi oleh penjajah Portugis yang menaklukan Melaka pada abad ke-16, dan diikuti juga oleh V.O.C / Kompeni Belanda di Hindia Belanda, dan Inggris di Malaya Britania.

Institusi Kapitan Cina di Hindia Belanda memiliki tiga pangkat, yaitu Majoor, Kapitein dan Luitenant der Chinezen - yang secara keseluruhan dipanggil Chinese Officieren atau Opsir Tionghoa.
Keturunan para Opsir Tionghoa di pulau Jawa mengemban gelar 'Sia' secara turun-temurun. Institusi Opsir Tionghoa di Batavia (sekarang Jakarta) memiliki kontinuitas terpanjang di Indonesia, dan bahkan di Asia Tenggara. Sumber : Wikipedia 

Opsir Cina umumnya berasal dari kalangan terpandang dan berpengaruh dikomunitasnya, mengingat faktor intelektual adalah hal yang langka pada masa itu, maka saudagar & orang terkaya-lah yang menjadi pilihan utama.
Mereka memiliki otoritas sebagai 'perpanjangan-tangan' pemerintahan kolonial seperti dalam hal memungut pajak, keamanan dan menyelesaikan perkara sengketa didalam komunitasnya.
Jabatan yang tidak menerima gaji / bayaran, tetapi sangat 'bergengsi' dan mendapatkan prioritas utama ketika V.O.C mengadakan lelang / tender monopoli perdagangan didaerahnya.

Be (Bhe) Tjo Lok alias Be Koen Wie memulai jabatan Opsir Cina dengan pangkat Letnan untuk membantu kerabatnya yaitu Be Ing Tjioe yang menjadi Kapitan di Bagelen pada tahun 1838.
Kemudian pada tahun 1839 Be Ing Tjioe pindah ke Semarang, Be Tjo Lok praktis menjadi Letnan di Bagelen pada tahun itu.
Pada tahun 1843 beliau kemudian diangkat menjadi Kapitan di Kedu dan pindah bermukim di Magelang. Be Tjo Lok menjabat Kapitan Kedu hingga tahun 1856 sebelum digantikan kerabat / anaknya Be Tjing Tjoan.
Salah satu sumbangsih terbesarnya untuk masyarakat Peranakan Cina adalah ketika beliau mendonasikan tanah bekas kantornya untuk didirikan Klenteng Liong Hok Bio di Magelang pada tahun 1864.
Klenteng Liong Hok Bio sesudah dipugar sehabis terbakar pada 2014.
Foto sumber : Satu Harapan

Sangat langka menemukan portrait Peranakan dalam bentuk lithograph mengingat tehnik ini adalah metode cetak kuno yang ditemukan sebelum era adanya fotography dan eksklusif penggunaannya untuk seni, portrait tokoh-tokoh besar dan buku-buku bersejarah pada abad 18 & 19.
Lithography adalah sistem cetak dengan 'batu khusus' yg penggunaanya baru dimulai pada 1796, memberikan opsi yang lebih realistis karena mempunyai tingkat gradasi yang halus dibandingkan sistem cetak cukil 'engraving' sebelumnya. Tehnik cetak yang dianggap bisa menyerupai wujud aslinya sebelum dunia mengenal fotography.

Pembuatan portrait diperkirakan sekitar 1850an, sebelum masuknya fotografi ke Hindia Belanda yang umumnya dimulai oleh fotographer Woodbury & Page ditahun 1860an. Dan sangat besar kemungkinan jika potrait ini dipesan di Belanda ketika Be Tjo Lok mengunjungi negara tsb.

Pembuat / lithographernya adalah Nicolaas Johannes Wilhelmus de Roode (1814 - 1884), seorang pelukis dan lithographer ternama kebangsaan Belanda yang beraktifitas di daerah sekitar Rotterdam, Belgia dan Den Haag / The Hague.
N.J.W de Roode terkenal akan karya lukisan & lithografinya yang banyak menampilkan tokoh-tokoh penting Belanda seperti William III King of the Netherlands misalnya.
Berikut beberapa referensi dari karyanya :
 Sumber foto : Rijksmuseum
Sumber foto : Rijksmuseum
Sumber foto : RKD

Benda Peranakan dengan usia hampir 170 tahun ini mempunyai sejarah perjalanan yang sangat panjang dengan kelangkaan dan kualitas museum.
1 buah portrait lukisan lithograph :
Zold - Jkt