MENCOBA MENGHADIRKAN KEBERADAAN BENDA-BENDA YANG BERHUBUNGAN DENGAN TATA CARA KEHIDUPAN DAN BUDAYA CINA PERANAKAN DI INDONESIA PADA JAMAN DULU SECARA BEBAS DAN SUBYEKTIF.
Thursday, July 31, 2014
CHINESE ENCYCLOPEDIAS (?)
BUKU ENSIKLOPEDIA (?) BAHASA CINA
1920 - 1940 (?), Cina
Hard cover, 13,5 cm x 19,5 cm, tebal 5,5 cm
Berisi sekitar 700an lembar atau sekitar 1400 - 1500an halaman
Semua halaman masih lengkap, masih lumayan baik
Buku ini dulunya milik Bapak Liem Djie Hoen, seorang lelaki intelektual Peranakan yang juga pemilik perusahaan batik ''Liem Djie Hoen'' di Ngabean, Jogjakarta pada jaman Belanda. Batiknya kebanyakan batik sogan dengan motif yang kadang - kadang sangat unik, seperti kapal laut dan pesawat baling - baling misalnya.
Buku semacam ensiklopedi tentang benda - benda budaya dan keilmuan Cina juga dunia, kadang - kadang ada tampilan panduan gambar pada banyak halamannya. Buku apa tepatnya, tidak tahu pasti karena tidak menguasai bahasa dan aksara Cina.
Zold-Jakarta
Friday, July 25, 2014
STRAITS CHINESE EMBROIDERED WEDDING DRESS # 2
BAJU SULAM PENGANTIN PERANAKAN # 2
1940 - 1960, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
Benang sutra dan benang kilap diatas kain satin
150 cm x 85 cm
Benda terpakai yang masih lumayan baik
Zold-Surabaya
Thursday, July 24, 2014
STRAITS CHINESE EMBROIDERED WEDDING ROBES # 1
JUBAH SULAM PENGANTIN PERANAKAN # 1
1930 - 1940, Jawa Tengah, Indonesia
Benang sutra, benang emas dan logam diatas kain satin
162 cm x 88 cm
Benda terpakai dengan kondisi yang masih sangat baik, ada beberapa flex karena lama penyimpanan
Kebanyakan kain sulam baju pengantin kalau penyimpananya benar, selalu masih dalam kondisi yang baik. Begitu juga kain Tok-wi atau jenis kain sulaman lain, sebenarnya jarang rusak karena pemakaian, karena hanya dipakai 1 atau 2 kali dalam setahun untuk perayaan, rusaknya kebanyakan terjadi pada benang motifnya yang terlepas atau putus karena adanya peregangan ketika dilipat untuk disimpan. Tok-wi mungkin sedikit lebih riskan terkena bara dupa atau tumpahan makanan / minuman. Dan penyimpanan yang bisa dilakukan terhadap kain sulaman tua kalau kita tidak memajangnya mungkin dengan cara menggulungnya dengan pipa palaron atau pipa kertas kain, sedikit membantu mengurangi peregangan dibandingkan kalau dilipat.
Bagi yang berkecukupan, baju pengantin biasanya dibuatkan khusus per-individu mempelai, berharap hanya sekali dipakai, dan tersimpan sebagai properti keluarga. Hal ini seharusnya membuat baju pengantin Peranakan lumayan banyak, atau paling tidak bisa sama jumlah dengan kain Tok-wi misalnya, tapi kenyataannya adalah tidak begitu, selain baju pengantin banyak yang rusak karena ketidak-acuhan dan salah penyimpanan, juga kegiatan ceremonial perkawinan yang 'terlalu' Cina dan melibatkan orang banyak menjadi agak 'tabu' setelah tahun 1966 ( sama seperti Barongsai, Potehi dan wayang orang / opera Cina ).
Tapi yang paling mempengaruhi tentunya adalah pergeseran budaya dengan masuknya tata cara kehidupan 'Eropa / barat' yang sangat dominan, sehingga secara perlahan ceremony perkawinan Peranakan mengikuti ala bule, gaun pengantin putih dan jas, komplit dengan tustel-nya.
Tok-wi dan benda keagamaan lainya sedikit beruntung dapat bertahan lebih lama penggunaanya, selain tetap lestari di dalam klenteng - klenteng, juga Peranakan Cina sedikit unik, life-style baru selalu welcome, tapi kalau menyangkut kepercayaan dan selera untuk perut,,nanti dulu mister,,..
Zold-Jakarta
Subscribe to:
Posts (Atom)