MENCOBA MENGHADIRKAN KEBERADAAN BENDA-BENDA YANG BERHUBUNGAN DENGAN TATA CARA KEHIDUPAN DAN BUDAYA CINA PERANAKAN DI INDONESIA PADA JAMAN DULU SECARA BEBAS DAN SUBYEKTIF.

Tuesday, November 4, 2014

CHINESE BUDDHA BRONZE STATUE











PATUNG BUDDHA PERUNGGU
Logam perunggu.
Abad 18 atau 19, Cina.
4 x 3 cm, tinggi 6,5 cm.
Utuh dan baik.

Patung kecil ini mewujudkan Sang Buddha dalam posisi tangan Abhaya mudra dan Varada mudra. Abhaya mudra tangan kanan memberikan perlindungan, Varada mudra tangan kiri memberikan kedermawanan.

Yang membedakan patung ini dengan bentuk patung jaman Hindu Buddha di Jawa Sumatera terletak pada bentuk jubah dan dudukan lotusnya, juga adanya lambang swastika di dada Sang Buddha.
Kemungkinan patung ini dibawa oleh pendatang dari Cina daratan ketika masuk ke Indonesia pada abad 18 - 19an.

Zold - Malaysia

Saturday, November 1, 2014

CHINESE BRONZE PADLOCK












GEMBOK CINA UKIR NAGA
Ukiran motif naga dan huruf Cina di atas logam perunggu
Akhir abad 19, Cina
8,2 cm x 1,7 cm. Tinggi 2,9 cm
Benda terpakai dengan kondisi utuh dan berfungsi normal

Semua kunci gembok Cina pada dasarnya berfungsi hanya sebagai 'penghambat' niat tidak baik terhadap benda yang di lindungi dibaliknya. Cara kerjanya yang termasuk ''sederhana'' pasti bisa di buka oleh seseorang yang memang sangat berusaha ingin membukanya. Intinya gembok seperti ini hanya sebagai penghalang dini dan penyulit saja, megulur - ulur waktu si pencuri biar bisa kepergok.
Juga lebih berfungsi untuk mengurungkan niat jahat yang "sambil lalu" atau iseng alias aji mumpung. Si orang yang bisa potensial menjadi  pencuri ini tentu tidak berani memaksa buka lemari atau kotak yang tergembok, lain halnya kalau tampa pelindung, benda didalamnya bisa di 'sikat' tampa mengundang banyak kehebohan.

Kadang sulit membedakan logam antara perunggu dan kuningan, terutama untuk benda yang telah berusia tua. Bisa sangat bertele - tele penjabarannya karena menyangkut juga banyak aspek seperti era dan origin / muasal benda tersebut. Cara paling sederhana adalah mengetahui bahwa kuningan / brass di buat dari percampuran hanya 2 logam saja yaitu tembaga (utama) dan zinc (logam sejenis seng sari spt pada patung Eropa ). Sedangkan Perunggu bisa sangat berfariasi percampurannya, bisa percampuran dari 3 sampai 5 jenis logam, bahkan bisa lebih, tapi tetap dengan unsur primernya adalah tembaga dan sekundernya timah, tertiernya bisa zinc, besi, perak bahkan emas.
Maka dari itu warna dasar pada kuningan lebih terbatas atau tetap, sekitaran kuning emas, lebih kental atau pucat kuningnya tergantung prosentase percampuran 2 bahan tadi.
Sedangkan perunggu sangat bervariasi warna dasar logamnya, bisa kekuning, agak merah atau pucat keperakan kalau unsur peraknya lumayan banyak.
Itu semua kalau kita dapat melihat warna dasar logamnya, bagaimana kalau tidak ? semisal logamnya tertutup patina dan oksidasi ?. Ada cara klasik orang antik jaman dulu untuk membedakan kuningan atau perunggu, mereka biasanya menggosok permukaan logamnya dengan jari jempol hingga panas, kalau nanti di-bau-i / dicium biasanya kuningan akan lebih berbau amis atau menyengat, sedangkan perunggu lebih netral, kadang malah harum jika perunggunya temuan yang berusia ratusan tahun. Tapi itu semua tidak menjamin akurasi 100 %, karena definisi amis atau tidak kadang bisa sangat subyektif. Cara satunya lagi adalah dengan melihat warna keseluruhan logamnya, biasanya perunggu warnanya terasa lebih lembut dan halus pantulannya dibanding kuningan, kuningan juga terasa lebih ''asam'' dan terang intensitas warnanya dibanding perunggu yang cenderung lebih pekat dan ''dalam''. Tapi sekali lagi hal ini juga tidak kalah subyektifnya, karena menyangkut 'rasa' dan kepekaan. Untuk menambah kebingungan kita, diantara kedua logam tadi masih ada tembaga, yang kalau sudah berumur, patina warnanya mirip - mirip mereka juga, karena dia adalah muasal keduanya.

Perunggu atau kuningan tidak menjamin usia / nilai yang satu lebih dari lainnya. Walaupun memang perunggu sudah ada dari jaman pra-sejarah, tapi kemungkinan materi yang sama dengan kuningan pun sudah ada pada jaman itu, hanya saja penyebutan akhirnya selalu dikategorikan sebagai perunggu. Definisi 'kuningan' secara teknis sah memang baru dimulai pada abad 16 di Eropa, walaupun jauh sebelumnya berdasarkan komposisi bahannya, banyak benda bisa dikategorikan sebagai kuningan.
Zold - Jakarta

BAT AND PEACH YIXING TEAPOT















TEKO YIXING KALONG DAN BUAH PEACH / PERSIK
Abad 19, Yixing, Jiangsu, Cina
Terakota bahan tanah liat Zhisha / purple sand 
Marking tekan / impressed 2 karakter Kai shu
18,5 cm x 11 cm, Tinggi 9,3 cm
Pada tutup atas ada beberapa cip kecil dan bagian bawah tutup banyak grimpil.
Badan teko hampir utuh semua, pada pantat-nya ada hairline sambungan pembuatan dan karena usia, tidak bocor.

Walaupun bahan dasarnya sering disebut purple sand, tidak berarti teko Yixing warnanya pasti ungu, karena semua tergantung pembakaran dan penyampuran bahan, terutama tergantung kepada selera si seniman pembuatnya.
Pembuat teko Yixing yang baik dianggap sebagai seniman, dan teko Yixing dihargai sebagai karya seni. Tetapi untuk mencapai penilaian tersebut, tidak semua Yixing serta merta masuk dalam kategori ini. Sama halnya seperti lukisan, tidak semua pembuat lukisan adalah seniman dan tidak semua lukisan adalah karya seni, karena lebih banyak lukisan berposisi sebagai pajangan, hobi, atau hanya sekadar survenir. Pada intinya semua profesi penciptaan bisa mencapai taraf seni, tergantung intelegensi, indepedensi / kemurnian dan tekad si pembuatnya,,,pernah mendengar seniman pembuat becak ? ada, Mas Djaya namanya.

Seni sangat luar biasa kekuatannya, karena sifatnya yang sangat mirip dengan kekuatan alam, bersahabat dan jinak pada sekitarnya, tapi dapat berubah menjadi bergejolak dan tak terbantahkan pada situasi tertentu. Profesi yang paling berpengaruh dan terkuat di dunia adalah seniman ( mengutip kata seorang bapak yang sangat terkenal, tp lupa namanya--maaf ). Bukan presiden atau politikus, karena pengaruh mereka hanya bertahan seumur jagung, walau sangat kuat ketika berjaya, tapi selalu mengandung pro dan kontra, juga mudah dilupakan kalau sudah berlalu. Sedangkan seorang seniman gaung-nya masih akan terasa setelah berabad- abad, pengaruhnya berkesinambungan tampa kita sadari sampai detik ini dalam hidup kita, tidak ada prokontra, diterima sebagai suatu kewarasan. Budaya dan seni, 2 hal yang tak terpisahkan.

Penghargaan pada sebuah teko Yixing dapat bernilai puluhan ribu sampai puluhan milyar rupiah, bergantung kepada bentuk, usia, kondisi dan terutama nama si pembuatnya. Semua itu bertujuan untuk menentukan apakah teko Yixing-nya baik atau tidak, karya seni atau perangkat minum teh biasa. Kalau buatan maestro, pastilah tekonya luarbiasa baik.
Pentingnya pengetahuan akan nama si seniman pembuat dalam aksara Cina, juga pengertian akan kecendrungan style dan gayanya adalah kunci utama penilaian para ahli teko Yixing. Susah mencapai taraf pengetahuan seperti mereka.
Tapi ada satu hal yang paling penting lainnya untuk menilai sebuah teko Yixing, adalah citarasa dan intuisi, fondasi dasar untuk semua penilaian atas apapun ,yang dapat kita miliki secara alamiah.

Teko Yixing di atas sangat dapat dikatakan sebagai karya seni, berbentuk buah persik yang melambangkan panjang umur, dan kelelawar yang membawa keceriaan serta keberuntungan.
Teko dengan bentuk seperti ini hanyalah salah satu dari sekian banyak variasi bentuk teko Yixing.
Biasanya setiap satu perusahaan atau home industri kecil di Yixing mempunyai kreasi dan desain eksklusifnya masing-masing. Dibuat secara manual dengan tangan mengikuti pakem desain global, sehingga setiap teko walaupun mempunyai bentuk yang nyaris sama, tapi keperibadian dan detailnya pasti berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Berikut contoh Yixing sejenis milik badan lelang internasional Bonhams di http://www.bonhams.com/auctions/21940/lot/200/

Zold - Jakarta