SELOP MANIK PERANAKAN / SELOP ENCIM
Manik2 kaca, paku kuningan dan kulit kerbau
Awal abad 20 / 1920 - 1930, Muntilan, Magelang Jawa Tengah
24 cm x 8,5 cm, tinggi 3,2 cm
Kondisi relatif masih baik, nyaris seperti belum terpakai
Selop manik kaca dengan motif bunga magnolia, sejenis bunga cempaka / bunga 'kantil' yg dalam kultur Cina adalah perlambang kecantikan.
Manik kaca (glass beads) seperti ini dahulu didatangkan dari negara2 Eropa terutama dari Perancis dan diperdagangkan oleh pedagang 'klontong' Cina Peranakan yg menjajakannya dengan pikulan secara berkeliling dari rumah ke rumah bersama barang2 kebutuhan lain seperti kain, benang, jarum, kancing dll alat kebutuhan rumah tangga.
Pedagang klontong Peranakan Cina di pulau Jawa pada abad 19.
Foto kiri oleh Woodbury & Page, koleksi KITLV.
Wanita2 Peranakan pada masa itu umumnya menguasai kecakapan menjahit, menyulam dan merakit manik2 sebagai kegiatan sehari2. Mereka umumnya membuat selop / kasut spt ini selain untuk kebutuhan sehari2 jg untuk persiapan sebagai bagian dari elemen kostum pernikahan.
Manik warna-warni cerah dirakit membentuk motif diatas lembaran kain. Setelah selesai, bagian utama selop ini kemudian diserahkan pada tukang sepatu untuk dibuatkan sol, alas atau hak selop yg sesuai selera pemilik manik tadi.
Toko / nama pembuat sepatu untuk selop manik ini bernama 'Lauw Tik Tjioe' berada di Muntilan, sebuah kota kecil diwilayah Magelang (Keresidenan Kedu) yg banyak memiliki komunitas & tradisi Cina Peranakan sejak jaman Belanda bahkan sebelumnya.
Keresidenan Kedu pada jaman Belanda diawal abad 20 mencakup wilayah Magelang, Temanggung, Wonosobo, Kebumen & Purworejo. Keresidenan Kedu sudah dihapus pada masa beberapa tahun setelah era kemerdekaan. Salah satu tokoh Peranakan diwilayah ini adalah Be Tjo Lok yg menjadi Kapitan Kedu (Kapitein Der Chinezen of Kedu) pada tahun 1843 sampai 1856
Potrait Kapiten Kedu - Be Tjo Lok (aka Be Koen Wie)
Sepasang Selop Peranakan :
Zold - BKS
No comments:
Post a Comment