MENCOBA MENGHADIRKAN KEBERADAAN BENDA-BENDA YANG BERHUBUNGAN DENGAN TATA CARA KEHIDUPAN DAN BUDAYA CINA PERANAKAN DI INDONESIA PADA JAMAN DULU SECARA BEBAS DAN SUBYEKTIF.
Saturday, November 1, 2014
CHINESE BRONZE PADLOCK
GEMBOK CINA UKIR NAGA
Ukiran motif naga dan huruf Cina di atas logam perunggu
Akhir abad 19, Cina
8,2 cm x 1,7 cm. Tinggi 2,9 cm
Benda terpakai dengan kondisi utuh dan berfungsi normal
Semua kunci gembok Cina pada dasarnya berfungsi hanya sebagai 'penghambat' niat tidak baik terhadap benda yang di lindungi dibaliknya. Cara kerjanya yang termasuk ''sederhana'' pasti bisa di buka oleh seseorang yang memang sangat berusaha ingin membukanya. Intinya gembok seperti ini hanya sebagai penghalang dini dan penyulit saja, megulur - ulur waktu si pencuri biar bisa kepergok.
Juga lebih berfungsi untuk mengurungkan niat jahat yang "sambil lalu" atau iseng alias aji mumpung. Si orang yang bisa potensial menjadi pencuri ini tentu tidak berani memaksa buka lemari atau kotak yang tergembok, lain halnya kalau tampa pelindung, benda didalamnya bisa di 'sikat' tampa mengundang banyak kehebohan.
Kadang sulit membedakan logam antara perunggu dan kuningan, terutama untuk benda yang telah berusia tua. Bisa sangat bertele - tele penjabarannya karena menyangkut juga banyak aspek seperti era dan origin / muasal benda tersebut. Cara paling sederhana adalah mengetahui bahwa kuningan / brass di buat dari percampuran hanya 2 logam saja yaitu tembaga (utama) dan zinc (logam sejenis seng sari spt pada patung Eropa ). Sedangkan Perunggu bisa sangat berfariasi percampurannya, bisa percampuran dari 3 sampai 5 jenis logam, bahkan bisa lebih, tapi tetap dengan unsur primernya adalah tembaga dan sekundernya timah, tertiernya bisa zinc, besi, perak bahkan emas.
Maka dari itu warna dasar pada kuningan lebih terbatas atau tetap, sekitaran kuning emas, lebih kental atau pucat kuningnya tergantung prosentase percampuran 2 bahan tadi.
Sedangkan perunggu sangat bervariasi warna dasar logamnya, bisa kekuning, agak merah atau pucat keperakan kalau unsur peraknya lumayan banyak.
Itu semua kalau kita dapat melihat warna dasar logamnya, bagaimana kalau tidak ? semisal logamnya tertutup patina dan oksidasi ?. Ada cara klasik orang antik jaman dulu untuk membedakan kuningan atau perunggu, mereka biasanya menggosok permukaan logamnya dengan jari jempol hingga panas, kalau nanti di-bau-i / dicium biasanya kuningan akan lebih berbau amis atau menyengat, sedangkan perunggu lebih netral, kadang malah harum jika perunggunya temuan yang berusia ratusan tahun. Tapi itu semua tidak menjamin akurasi 100 %, karena definisi amis atau tidak kadang bisa sangat subyektif. Cara satunya lagi adalah dengan melihat warna keseluruhan logamnya, biasanya perunggu warnanya terasa lebih lembut dan halus pantulannya dibanding kuningan, kuningan juga terasa lebih ''asam'' dan terang intensitas warnanya dibanding perunggu yang cenderung lebih pekat dan ''dalam''. Tapi sekali lagi hal ini juga tidak kalah subyektifnya, karena menyangkut 'rasa' dan kepekaan. Untuk menambah kebingungan kita, diantara kedua logam tadi masih ada tembaga, yang kalau sudah berumur, patina warnanya mirip - mirip mereka juga, karena dia adalah muasal keduanya.
Perunggu atau kuningan tidak menjamin usia / nilai yang satu lebih dari lainnya. Walaupun memang perunggu sudah ada dari jaman pra-sejarah, tapi kemungkinan materi yang sama dengan kuningan pun sudah ada pada jaman itu, hanya saja penyebutan akhirnya selalu dikategorikan sebagai perunggu. Definisi 'kuningan' secara teknis sah memang baru dimulai pada abad 16 di Eropa, walaupun jauh sebelumnya berdasarkan komposisi bahannya, banyak benda bisa dikategorikan sebagai kuningan.
Zold - Jakarta
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment