MENCOBA MENGHADIRKAN KEBERADAAN BENDA-BENDA YANG BERHUBUNGAN DENGAN TATA CARA KEHIDUPAN DAN BUDAYA CINA PERANAKAN DI INDONESIA PADA JAMAN DULU SECARA BEBAS DAN SUBYEKTIF.
Thursday, August 7, 2014
STRAITS CHINESE ALTAR CLOTH
KAIN TOKWI 8 DEWA
1960 - 1970, Jawa Tengah, Indonesia
Benang sutra dan benang kilap di atas kain satin
108 cm x 110 cm
Benda terpakai yang masih sangat baik
Kain altar / meja sembahyang dengan motif 8 dewa dan 3 dewa personafikasi astrologi Cina untuk berkah kebahagiaan (spiritual), rejeki kemakmuran (materi) dan panjang usia, yang biasa disebut Fu Lu Shou atau Hok Lok Siew. Urutan ketiga-nya dari kanan ke kiri seperti membaca huruf Cina.
Penggunaan kain satin pada sulaman Cina Peranakan baru mulai marak setelah diatas tahun 1930an, walaupun di Eropa jenis kain ini telah beredar sejak permulaan abad 20. Kain satin di ciptakan sebagai kain alternatif pengganti kain sutra yang lebih mahal karena murni 100 persen bahan alam. Fisiknya mirip, hanya satin lebih tebal, licin dan lebih mengkilap, sutra lebih lembut dan ringan serta lebih berpori sehingga jauh lebih nyaman untuk tubuh manusia.
Penggunaan mesin nampaknya juga sudah dimulai setelah tahun 1950an, dan ditambahkan pengerjaan tangan untuk warna atau materi tertentu.Terlihat kerapatan sulamannya jauh melebihi kerapatan sulaman tangan. Konsep kemeriahan warna - warna cerah dan 'ngejreng' yang menjadi ciri kegemaran Peranakan tidak hilang, malah semakin menjadi- jadi.
Tokwi ini mungkin hanya di pakai beberapa kali, setelah itu hanya tersimpan rapi. Karena setelah jaman Orde Baru segala yang berbau Cina mulai terbatasi, tokwi - tokwi yang dibuat setelahnya pun cenderung menjadi lebih sederhana, mungkin hanya berwarna merah dengan satu dua tulisan Cina. Hilang sudah kreatifitas dan selebrasi, lebih pada penahanan diri,,,
Zold-Jakarta
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment