MENCOBA MENGHADIRKAN KEBERADAAN BENDA-BENDA YANG BERHUBUNGAN DENGAN TATA CARA KEHIDUPAN DAN BUDAYA CINA PERANAKAN DI INDONESIA PADA JAMAN DULU SECARA BEBAS DAN SUBYEKTIF.
Tuesday, January 3, 2017
CHINESE RICE GRAIN PATTERN BOWL
2 MANGKOK ' BIJI MENTIMUN '
Porselen lukis biru bawah glasir, enamel merah, hijau dan gild di atas glasir
Marking lukis biru 2 huruf ' Wan Yu' dan cap merah 'Kangxi Nian Zhi' (1662 - 1722), tapi buatan 1900 - 1940an, Jingdezhen, Cina
2 mangkok diameter 11,6 cm, tinggi sekitar 5,3 cm
1 lepek dan 1 tutup cawan teh Kim-ouw ( cawan emas ) diameter 11,4 cm dan 9,3 cm
Relatif masih baik, gilding pada bibir ada memudar / aus dan 1 cip pada tutup cawan
Porselen biji mentimun semacam ini banyak dipergunakan oleh kaum Peranakan untuk minum teh pada akhir abad 19 hingga awal abad 20.
Tehnik ini di adopsi Cina pada abad 14 dari keramik abad 12 milik Persia, hanya dipraktekkan dalam keramik lingkungan kekaisaran saja.
Baru pada pertengahan abad 18, tehnik ini mulai di praktekkan untuk keramik konsumsi masyarakat umum. Keramik biji mentimun pada masa dinasti Qing ini kebanyakan berbentuk 'biru putih' dengan menonjolkan keindahan formasi transparan biji mentimun yang sangat rumit.
Mitos menyatakan keramik seperti ini dibuat dengan proses menempelkan butiran beras pada dinding keramik. Ketika selesai pembakaran butiran beras ini hilang terbakar dan meninggalkan jejak pola lubang transpran. Ini adalah bumbu eksotisme untuk menambah daya tarik, sekaligus proteksi menyembunyikan tehnik pembuatan dari peniruan orang luar.
Keramik sebenarnya dibuat dengan melubangi dinding bahan mentah menggunakan alat khusus / berpola. Setelah itu diaplikasi dengan puluhan lapis glasir bening secara bertahap hingga mengalir menutupi seluruh lubang yang dibuat. Proses yang cukup melelahkan, tapi mungkin tehnik ini di jaman modern sekarang sudah lebih mudah dan efisien.
Di eksport ke Asia Tenggara sejak abad 19 dan sangat banyak dikirim ke Eropa dan Amerika pada abad 20. Keramik seperti ini adalah benda yang sangat umum dijumpai di Amerika, terutama pada periode tahun 1950an. Sampai saat ini pun, keramik biji mentimun masih menemukan jalannya ke seluruh dunia termasuk Indonesia dalam jumlah tertentu.
Membedakan usianya antara satu dengan yang lain termasuk susah-susah gampang, karena motif, bentuk dan hiasan lukis keramik ini tidak banyak mengalami perubahan sejak abad 19.
Secara garis besar dapat dilihat pada motif, glasir, tanah dan markingnya.
Marking tulis tangan ataupun cap / stamp periode Kangxi dan Qianlong kebanyakan tidak mewakili periode aslinya, biasa berkisar tahun 1880 - 1940an, sedangkan periode Guangxu mungkin lebih mewakili, berkisar 1880 - 1920an.
Marking huruf ' Wan Yu' termasuk yang umum dijumpai pada banyak jenis keramik, marking yang sudah ada sejak Dinasty Qing periode Kangxi dan terus dipergunakan hingga saat ini. Marking ini pada keramik biji mentimun jika ditulis tangan biasa berkisar 1900 - 1850, jika cap stamp 1970 hingga sekarang.
Masih ada beberapa marking jenis lain lagi, cukup variatif dan kadang ada perbedaan sedikit antara marking untuk Eropa Amerika dengan yang di Asia Tenggara.
Motif / pattern umumnya pada dinding luar adalah kelopak bunga kecil-kecil dengan lukis enamel. motif daun artemisia atau emblem simbol Buddha lukis biru bawah glasir. Motif utama pada dasar interior mangkok umumnya berupa bunga lotus, krisan, pemandangan, huruf Shou, naga atau burung bangau yang dilukis biru bawah glasir.
Motif terlangka yang kemungkinan dibuat khusus untuk kaum Peranakan berupa burung hong dan naga yang dilukis enamel pancawarna.
Dahulu keramik biji mentimun tidak terlalu mendapat perhatian dan apresiasi oleh kalangan keramik di negeri Cina. Kini mereka melihat dengan persepsi lain, diantara berbagai jenis keramik eksport Cina abad 17 sampai 19 yang banyak diboyong kembali ke negeri Cina, biji timun adalah salah satunya.
Zold - KL
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment