MENCOBA MENGHADIRKAN KEBERADAAN BENDA-BENDA YANG BERHUBUNGAN DENGAN TATA CARA KEHIDUPAN DAN BUDAYA CINA PERANAKAN DI INDONESIA PADA JAMAN DULU SECARA BEBAS DAN SUBYEKTIF.
Sunday, June 11, 2017
CHINESE SHIWAN GREEN GLAZED JARDINIERE
GAMCING GLASIR HIJAU SHIWAN
Keramik 'stoneware' molding dengan warna hijau dibawah glasir
Akhir abad 19 / awal abad 20, Shiwan, Guandong, Cina
Diameter sekitar 22 cm, tinggi sekitar 21 cm
Benda terpakai, ada beberapa flaw / cacat pembakaran, ada 2 cip dibawah tutup dan lecet glasir sedikit-sedikit, wajar pada umumnya tipe keramik ini.
Relatif masih baik dan utuh
Sering di istilahkan secara keliru sebagai keramik Siam ( Thailand ), tetapi mungkin itu kebiasaan orang antik jaman dulu, menganggap keramik yang kualitasnya tidak setingkat porselen adalah buatan diluar Cina. Padahal daerah yang lebih potensial untuk mirip dengan keramik Shiwan adalah Vietnam.
Pada abad 19 sebagian pembuat keramik dari Shiwan Guandong menetap di Saigon dan meneruskan tradisi membuat keramik Shiwan dari negara ini. Di era awal sangat sulit membedakan antara ke-duanya, hingga di akhir abad 19 baru lebih jelas perbedaannya karena masuknya unsur dan ornament dengan karakter yang lebih 'Vietnam' didalamnya.
Memang menjadi karakter keramik Shiwan, daerah ini dikenal bukan pada kualitas pembakaran dan keindahan lukisan keramiknya. Tetapi daerah ini amat menonjol pada pewarnaan glasir dan bentuk wujud pada keramiknya.
Glasir terindah dan ter-rumit dikuasai oleh mereka, begitu juga bentuk relief dan figur / patung dari keramik, Shiwan adalah 'master' nya.
Secara ringan, kita bisa membagi daerah tungku pembuat keramik Cina berdasarkan popularitasnya di mata orang awam, Jingdezhen terkenal akan kualitas porselennya, Yixing dengan teko terakotanya dan Shiwan untuk warna glasir + bentuk figur / patungnya.
Kami menganggap guci bermulut lebar & bertutup ini adalah sebagai gamcing. Secara bentuk, ukuran dan proporsi adalah identik dengan gamcing umumnya, begitu juga fungsinya.
Guci hijau Shiwan berbentuk gamcing kemungkinan hanya beredar dikalangan peranakan Asia Tenggara, yang punya kecendrungan menyukai bentuk ini sebagai perlengkapan dapurnya.
Berbeda dengan saudara kandungnya yang berbentuk segi enam dan bertutup, atau yang biasa di namakan guci tempat jahe / ginger jar, bentuk ini tersebar lebih merata, selain Asia di eksport juga hingga Eropa dan Amerika.
Kelemahan dari keramik pakai sehari-hari yang mempunyai fungsi 'buka tutup' terletak pada cover / tutupnya. Tingkat mobilisasi yang tinggi selama puluhan tahun pemakaian membuatnya rentan untuk 'celaka'.
Hanya butuh sekian detik untuk membuat si 'tutup' berpisah selamanya dengan 'badan' pasangan hidup, yang sudah menemaninya melalui puluhan ribu hari pengabdian.
Kemungkinan sekitar 70 % - 80 % guci sejenis ini sudah kehilangan penutup, terutama tipe Shiwan yang sedikit lebih rentan di banding keramik buatan Cina lainnya. Kini hal ini sudah lebih dapat diterima sebagai kewajaran, hingga tidak mengurangi apresiasi, walau berbeda nominal tentunya.
Pada atas tutup dan pinggir guci yang dihiasi lambang ruyi, gamcing ini mempunyai motif utama berupa se-ekor naga yang merepresentasikan kedudukan tertinggi dari semua hewan di muka bumi ( kadang sebagai idiom kekaisaran ), sepasang kijang dibawah pohon sebagai perlindungan dan panjang umur, juga se-ekor ayam jago sebagai lambang keberuntungan dan kemakmuran hidup.
1 buah keramik Shiwan ini :
Zold - Bekasi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment