MENCOBA MENGHADIRKAN KEBERADAAN BENDA-BENDA YANG BERHUBUNGAN DENGAN TATA CARA KEHIDUPAN DAN BUDAYA CINA PERANAKAN DI INDONESIA PADA JAMAN DULU SECARA BEBAS DAN SUBYEKTIF.

Thursday, February 21, 2019

PERANAKAN CHINESE GLASS OIL LAMP














1 BUAH GELAS LAMOU MINYAK PERANAKAN / TINGCOA
Kaca kristal dan kayu rosewood / Hongmu Suanci (紅酸枝木) dengan lacquer
Akhir abad 19, Jawa , Indonesia
Tatatan kayu : 14 cm x 14 cm tinggi 9,5 cm
Gelas kristal : diameter 11,5 cm tinggi 29 cm
Total ; 14 cm x 14 cm, tinggi 37 cm
Ada 1 cuil tipis pada bibir gelas dan sedikit lecet pada tutup, relatif masih baik

Lampu minyak peranakan yang diletakkan pada meja altar leluhur atau dewa.
Dinyalakan pada upacara perayaan / festifal atau setiap malam hari ketika melaksanakan sembahyang dupa pada dewa / leluhur.

Lampu tingcoa seharusnya berjumlah 2 pasang, dan gelas pada set ini bukanlah asli bawaannya karena seharusnya mempunyai ukuran kaki yang sama dengan lubang tatakan kayu. Tetapi penggabungan seperti ini adalah hal yang umum terjadi mengingat betapa seringnya benda tingcoa didapat secara terpisah.

Untuk kebutuhan lampu tingcoa , gelas kristal dipesan secara khusus dari Eropa, umumnya negara Eropa Timur seperti Chekoslovakia / Bohemia yang terkenal dengan kualitas pengerjaan kristalnya.
Dengan hiasan cukit / faset, kebeningan, kekerasan dan bobot yang melebihi kaca / gelas biasa, kaki gelas tincoa juga mempunyai bentuk khas, umumnya sangat tebal agar tidak mudah terjatuh.

Pada wadah gelas di-isi bahan bakar minyak ikan paus atau minyak tumbuhan hingga minyak 'klenteng' di-era modern, sumbu kapas mengapung diatasnya dengan bantuan lempeng kecil kayu 'apung'. Tutup dibuka ketika menyala, untuk mematikan cukup hanya dengan mengembalikan 'tutup' pada posisinya. Ini adalah praktek penggunaan lampu tingcoa yang umum ditemukan di rumah Peranakan seputar pulau Jawa dimasa lalu.

Hal yang berbeda menurut beberapa literatur buku 'luar' yang menyatakan penggunaan tingcoa adalah meletakkan minyak pada bagian 'tutup' yang diletakkan terbalik didalam gelas. Menurut saya pribadi penggunaan seperti itu adalah selera personal atau kelompok kecil tertentu, bukan kebiasaan secara umum terutama untuk Peranakan di pulau Jawa.
Bisa juga praktek minyak dalam tutup hanya pada jenis tingcoa untuk acara khusus, tidak menyala / dipergunakan sepanjang hari seperti pada Peranakan di Jawa.
Untuk penggunaan rutin membutuhkan hal praktis dan efisien, hal yang menjadi ciri karakter etnis Cina diseluruh dunia. Meletakkan minyak pada tutup tidaklah efisien karena harus menuang setiap kali ingin dipergunakan atau membiarkan minyak terbuka terus tampa proteksi walau tidak dinyalakan. Hal terseut juga mengesampingkan sisi estetika design tingcoa yang terlihat megah terutama ketika dalam posisi tertutup di siang hari.

1 buah set lampu tingcoa :
Zold - Bks

No comments:

Post a Comment