MENCOBA MENGHADIRKAN KEBERADAAN BENDA-BENDA YANG BERHUBUNGAN DENGAN TATA CARA KEHIDUPAN DAN BUDAYA CINA PERANAKAN DI INDONESIA PADA JAMAN DULU SECARA BEBAS DAN SUBYEKTIF.

Friday, June 24, 2016

DUTCH COLONIAL GOLD & SILVER CURTAIN HOOKS











GANTUNGAN KELAMBU KOLONIAL BELANDA
Perak kadar baik (800 - 925) dan emas kadar sekitar 80 % / 20 karat
Abad 19, Jawa, Indonesia
22,5cm x 9,5cm
Berat perak sekitar 354 gram
Berat emas sekitar 18,9 gram
Kondisi baik

Bentuk gantungan kelambu ini mempunyai karakter yang berbeda dengan bentuk untuk kalangan Cina Peranakan pada umumnya,
Jika sebagian besar gantungan kelambu Peranakan lebih cenderung dinamis, gantungan tipe ini lebih struktural.
Pembagian bidang mirip-mirip dengan desain lambang resmi kenegaraan / coat of arm di Eropa.
Biasanya selalu mempunyai center membulat mirip tameng yang dikelilingi oleh ornament penghias.

Pada tipe ini, motif dengan pengaruh Eropa biasanya diterjemahkan dalam bentuk bunga dan tanaman, mahkota, tanda salib dan unsur-unsur Eropa lainnya. Desain juga kadang tampil dalam aliran Art Nouveau dan Victorian. Selain perak dan emas, intan dan batu mulia juga kadang hadir sebagai bahan pembuatan.

Di yakini bentuk seperti ini banyak di peruntukkan bagi kalangan Peranakan Eropa atau Eropa murni di pulau Jawa. Penggunaan kelambu dalam keseharian untuk menahan gigitan nyamuk, mau tidak mau harus dilakukan oleh orang Eropa di negara jajahannya yang beriklim tropis.
Walau tidak menutup kemungkinan bentuk ini juga dipergunakan oleh kalangan Peranakan Cina, terutama yang mempunyai 'taste' kebarat-baratan.

Penggunaan bahan terbaik, bentuk yang kokoh ( ketebalan perak hingga 2 mm lebih ) dan terutama pemilihan desain yang simpel tapi sangat elegan menunjukkan status dan karakter pemilik / pemesan awalnya.
Benda ini juga dipercaya mempunyai usia yang lebih uzur dari rata-rata gantungan kelambu umumnya,

Zold - Jakarta

STRAITS CHINESE SILVER CURTAIN HOOKS WITH CUPID









GANTUNGAN KELAMBU MOTIF CUPID
Perak kadar baik dengan gilding emas
1920 - 1930, Jawa, Indonesia
18cm - 19cm x 10,5cm
Berat sekitar 163,6 gram
Kondisi masih baik, salah satu ada gilding yang menipis sedikit-sedikit

Bentuk Cupid termasuk salah satu pengaruh budaya dari Eropa yang diterima dan sering hadir dalam benda-benda Peranakan Cina di Indonesia. Pada beberapa benda Peranakan yang tidak tradisional konvensional, Cupid kadang hadir dalam bentuk relief atau goresan lukisan. Ini memaknai adanya percampuran budaya antar etnis di Indonesia, tidak hanya antara budaya Cina dengan Melayu / Jawa, tapi juga dengan Eropa.

Selain pengaruh Eropa tadi, unsur filosofi Cina tetap hadir pada benda ini. Bunga, kuntum dan daunnya kemungkinan adalah tanaman menjalar sejenis 'bindweed' atau keluarga jenis 'morning glory', yang melambangkan ikatan hubungan cinta dalam perkawinan.

Cupid dalam budaya Yunani kuno berkaitan erat dengan Eros sang Dewa Cinta.
Pada masa Renaissance Cupid identik sebagai anak dari Venus Dewi Cinta dan ayahnya adalah Dewa Perang Mars / Mercuri atau Vulkan.
Ia tampil dengan wujud bocah membawa obor untuk membakar hati asmara korbannya atau panah untuk menembus hati.
Mempunyai sayap di punggung, kadang juga di mata kaki, hadir bugil tampa baju menunjukkan statusnya yang minoritas dalam kalangan dewa-dewi. Tapi ketelanjangannya ini justru menunjukkan kemurnian dan keindahan eksotisme cinta.

Sepasang bayi bugil ini :
Zold - Palembang

KAT MAU STRAITS CHINESE NYONYA WARE PORCELAIN



















2 BUAH CEPUK PORSELEN PERANAKAN
Porselen lukis enamal polychrome diatas glasir
Akhir abad 19 / awal abad 20, Jingdezhen, Jiangxi, Cina untuk Jawa, Indonesia
*Besar marking huruf Hanji : ' ??? Zao' dan " Guangxu Nian Zhi '' (1875 - 1908 )
Diameter 12,6cm, tinggi 14,7cm
Kondisi ada 1 hairline sangat tipis pada atas tutup
*Kecil marking : ' Jingzhen Tumaoxing Zao '
Diameter 10,5cm, tinggi 12,5cm
Kondisi ada cuil atas tutup dan tengah badan / body

Benda yang hanya tinggal sedikit yang beredar di Indonesia, kebanyakan sudah berpindah kewarganegaraan keluar negri. Keramik Nyonya Ware kadang dianggap tidak beredar di Indonesia, hanya identik sebagai milik Peranakan di negara lain.
Pendapat ini sudah lumayan umum, bahkan beberapa buku literatur Peranakan Cina bahasa asing, melewatkan nama Indonesia sebagai wilayah edar benda keramik 'Nyonya Ware'. Hal yang agak aneh, karena benda seperti ini beredar di seluruh Asia Tenggara yang mempunyai etnis Cina Peranakannya, di Thailand, Philipina dll pun memiliki benda porselen Famille Rose Nyonya Ware. Jumlah sedikit banyaknya tergantung jumlah etnis tsb di negara masing-masing. Apakah Peranakan Cina di Indonesia hanya sedikit ?

Sekarang kita hanya banyak tersisa benda import copy pesanan dari Cina. Tingkat garapannya bermacam-macam, dari yang kasar mudah terlihat palsu sampai yang sangat halus yang butuh ketelitian dan pemahaman. Marking bukan jaminan, kadang benda asli banyak yang hadir tampa marking.
Benda copy tertentu dapat terlihat dari detail pembuatan garis tipis outlinenya ( kadang hanya print bukan lukis ), Garis hitamnya cenderung steril dan stabil, berbeda dengan yang asli, garis terlihat hidup dan dinamis, tipis tebal tidak stabil, timbul tenggelam, terasa sangat handmade.
Benda copy juga kebanyakan mempunyai warna yang sedikit terlalu cerah, terasa tidak ada kedalaman pada pewarnaannya. Buat yang copy kasar, dari glasir sudah terlihat, berkilau layaknya benda keramik pembakaran baru.

Sama seperti  Kemceng / Kamcheng, cupu adalah multi fungsi, untuk wadah ramuan, sup dan lain-lain. Disebutkan juga sebagai bagian kelengkapan benda tradisi Peranakan dalam prosesi perkawinan.
Motif bunga Peony adalah utama, terdapat juga "Bunga Empat Musim'' dan burung Phoenix / Hong pada cupu yang kecil.
Pada lis border bawah cupu besar adalah stilisasi bentuk kuntum bunga lotus.
Pada lis tengah, ke-dua cepuk menggambarkan ' 8 LENCANA / EMBLEM BUDDHA ' yang terdiri dari :
- Bunga lotus, melambangkan kebenaran dan kesucian ajaran Sang Buddha.
- Sepasang ikan : simbol kebahagian perkawinan atau 'pengetahuan sempurna' tercapai dari kebebasan dan kegembiraan, layaknya seperti ikan yg gembira berenang bebas.
- Simpul saling bersambung tampa ujung, melambangkan keabadian, juga ikatan yang abadi antara semua aspek kehidupan. Kesia-sian hidup dan keinginan yang semu mendatangkan kesengsaraan, dengan ajaran Sang Buddha dapat membantu pencapaian pemahaman kehidupan yang lebih tinggi untuk melepas semua kesengsaraan ini.
- Roda api, melambangkan perputaran kehidupan tampa henti, kelahiran dan kematian datang silih berganti, ber-reinkarnasi tampa henti, belenggu ini dapat dilepaskan dengan ajaran Sang Buddha untuk mencapai 'Nirvana'.
- Cangkang keong / siput, melambangkan kemurnian dan kebenaran ajaran Buddha, juga simbol suara dari Sang Buddha ketika menyebarkan ajaran Dharma.
- Payung ceremonial, melambangkan ke-ningratan, Buddha terlahir sebagai pangeran kerajaaan, juga melambangkan kehormatan untuk mendidik diri sendiri.
- Kanopi, melambangkan perlindungan dalam ajaran sang Buddha, juga kemenangan atas rasa ketidak perdulian.
- Vas bunga,berisikan ramuan untuk mengatasi semua penderitaan, termasuk memberikan keabadian untuk mengatasi ikatan hidup kematian dan kelahiran kembali.

Zold - Palembang

Saturday, June 11, 2016

DUTCH COLONIAL STYLE SILVER MOUNTED BETEL BOX















KOTAK KINANGAN PERANAKAN KAYU TREMBALO
Perak dan lacquer prada gincu diatas kayu Trembalo
Akhir abad 18 atau awal abad 19, Batavia / Jawa, Indonesia
25,5cm x 16cm. Tinggi 12cm
Benda terpakai yang masih baik, ada sedikit retak halus pada kotak

Bentuk kotak seperti ini yang berupa peti kecil dengan ornament perak ( kadang emas atau kuningan ) adalah identik dengan kotak kinangan kaum aristokrat dan pejabat pemerintahan di Hindia Belanda pada abad 18.
Kebiasaan menginang di Nusantara oleh etnis Melayu pribumi tidak hanya diadaptasi oleh Peranakan Cina, tetapi juga oleh bangsa kulit putih terutama yang berada di pulau Jawa. Benda ini juga di yakini sebagai bentuk yang di prakarsai oleh VOC di daerah kekuasaan perdagangannya, sehingga bentuk serupa juga muncul di Sri Langka / Ceylon pada awal abad 18 ( sebelum di kuasai sepenuhnya oleh Inggris ).

Kotak ini pada jamannya biasanya difungsikan untuk menemani tamu khusus diruangan utama atau dibawa ketika bepergian, didalamnya seharusnya berisi wadah-wadah perak kecil seperti umumnya perangkat kinangan, tetapi sangat jarang menemukan kotak dan isinya secara bersamaan. Hal yang kadang membuat salah persepsi dengan menganggap kotak peti ini sebagai wadah perhiasan atau uang.

Setelah berakhirnya monopoly perdagangan VOC di akhir abad 18 ( 1798 ), praktek pemesanan benda sejenis nampaknya terus berlanjut hingga akhir abad 19. Kayu / bahan di import dari daratan Cina, India atau kayu lokal. Banyak menggunakan kayu atau bahan yang eksotis, semisal kayu Sutra Ambon, Mahoni, Cendana, Trembalo, Jati, Kulit Penyu dan lain-lain.
Sedangkan pembuatan dan ornament perak sepenuhnya dikerjakan di pulau Jawa.
Pada masa itu di pulau Jawa ( terutama di Batavia ) pembuatan perak selain oleh pembuat perak Melayu, banyak dikerjakan juga oleh ahli kamasan dari Cina, India dan Eropa. Imigran dari Eropa ( terutama Eropa Timur ) adalah pendatang yang mencari peruntungan, baik berdagang atau hanya sebagai pekerja biasa.
Juga sebuah kelaziman ketika kotak semacam ini dibuat oleh 2 ahli profesi yang berbeda, semisal kayu dikerjakan / di import dari Cina, sedangkan pembuatan ornament perak dikerjakan oleh pengrajin perak / kamasan Eropa di Batavia / pulau Jawa.

Dari semua unsur pembuatan yang berbeda-beda, kotak seperti ini selalu bernafaskan unsur eksotis Oriental bercampur Eropa, berbeda dengan benda sejenis yang juga beredar hingga awal abad 20 ( lebih spesifik sebagai benda Peranakan saja )

Kotak ini diperkirakan dibuat atas pesanan Cina Peranakan, terlihat dari pemilihan kayu Trembalo dan pewarnaan prada gincu yang menjadi ciri kesenangan etnis ini. Pembuat ornament perak lebih cenderung dikerjakan oleh pengrajin perak Eropa di Jawa, terlihat dari cara pengukiran dan motif.
Beberapa bentuk yang menjadi ciri Peranakan, ketika di kerjakan oleh pengrajin dari etnis lain akan terlihat sedikit berbeda, semisal pada peti ini bentuk 'tangan menggengam' telah mengalami interpretasi yang berbeda dari pemahaman bentuk perak Cina pada umumnya.


Kehadiran motif ELANG BERKEPALA DUA / DOUBLE HEADED EAGLE dan motif ukiran yang sangat Eropa menunjukkan pemiliknya mempunyai hubungan yang spesial dengan bangsa Eropa. Berbeda dengan benda umum lainnya yang walau berdesain Eropa belum tentu menunjukkan kolerasi dengan pemiliknya. Kinangan di jamannya adalah salah satu benda yang sangat personil, menunjukkan status dan jati diri pemiliknya. Ada kemungkinan pemilik awal kotak ini bukan etnis Peranakan Cina murni, tetapi campuran Peranakan Cina dan Eropa, mengingat adanya beberapa perkawinan antar kedua etnis dimasa itu.

Elang Berkepala Dua adalah salah satu simbol tertua, sudah ada sejak jaman sebelum masehi, ada di Byzantium, Kekaisaran Romawi, Timur Tengah, India dan muncul pada lambang kerajaan kerajaan di Eropa. Keterkaitan lambang ini dengan kerajaan di negara - negara di Eropa Timur begitu erat, terutama dengan Kekaisaran Rusia, hingga detik ini lambang sejenis masih di pergunakan di berbagai negara.
Makna sesungguhnya dari kehadiran simbol ELANG BERKEPALA DUA pada kotak ini dengan posisi status pemilik aslinya masih menjadi sebuah misteri.

Zold - Surabaya